Sabtu, 08 Desember 2018




Mengasuh Anak agar Lebih Percaya Diri (Part 2)

Oke, lanjutan dari materi hari rabu nih ya. Yang belum baca materi sebelumnya bisa cek di : https://www.facebook.com/konsultasiibudananak/posts/781471072197305?__tn__=K-R

7. Tips ketujuh adalah jangan menjelek-jelekkan hasil kerja anak walaupun dalam rangka bercanda. Yang namanya suasana hati siapa yang tau. Bisa aja niat bercanda kita malah dianggap serius dan membuatnya patah hati.

8. Belajar dari kesalahan. Jangan buru-buru membujuk anak untuk baik-baik saja ketika dia gagal atau melakukan kesalahan. Kesalahan yang sudah dia perbuat merupakan pelajaran berharga untuk masa depannya.

Mungkin awalnya anak akan merasa sedih dan menangis. Biarkan proses itu berjalan sescara alamiah. Ingat, anak kita itu manusia, dia memiliki perasaan. Jangan mengajarkan pura-pura baik-baik saja dalam kondisi tidak baik-baik saja. Itu artinya mengajarkan pada anak untuk menahan emosi, yang mungkin akan meledak ketika sudah nggak kuat menampung.

Jadi beri waktu dan kesempatan dia untuk meluapkan kesedihannya. Pastika kita berada di dekatnya untuk memberi dukungan moral, menunjukkan bahwa orangtuanya tetap ada walaupun dia gagal.

Nah setelah dia sudah selesai meluapkan perasaanya, ajak anak untuk melakukan mendapatkan pelajaran dari kegagalan ini. Lakukan evaluasi dan revisi agar kegagalan yang sama tidak terulang lagi. Setelah itu rayakan kegagalan itu, hahaha. Bukan, lebih tepatnya rayakan keberanian si anak untuk berusaha semaksimal mungkin.

9. Beri anak tantangan-tantangan baru. Beri dia misi kecil-kecilan yang sekiranya dapat dia lakukan. Misal beli garam atau yang udah gede minta untuk berbelanja di pasar dengan berbekal catatan. Kalau Baba biasanya diminta ayahnya beli bensin. Nah kalau saya beda lagi tantangannya.

Setiap Baba minta mainan, saya menantang dia, bisa nggak mainan ini buat belajar? Terakhir dia beli kelereng dan saya minta dia buat lintasan kelereng. Apakah berhasil? Belum, tapi saya suka melihat usahanya untuk membuat pola lintasan kelereng.

Kalau di luar rumah, tantangannya beda lagi. Saya melatih Baba berkomunikasi dengan orang lain. Ingat kan Baba itu cadel? Nah tantangannya adalah gimana caranya ngomong agar lawan bicara paham dengan ucapannya. Ya walau harus beberapa kali pengucapan, dia berhasil kok.

Tantangan terbaru Baba adalah tentang latihan konsep kepemilikan, sudah baca? Kalau belum, silahkan dibaca di postingan sebelum postingan ini ya.

10. Ajarkan anak tentang apa yang anda ketahui. Sering-seringlah bercerita tentang pengalaman hidup Anda selama ini. Saya biasanya cerita pengalaman waktu sekolah, waktu kuliah, pasien di rumah sakit. Begitu juga dengan Kak Can yang juga cerita tentang pengalaman hidup. Dan ketika kami mendapat ilmu baru, kami biasakan untuk melakukan diskusi di depan Baba, yang otomatis didengar juga oleh Baba.

Efeknya adalah Baba jadi sering bercerita tentang ilmu atau pengalaman baru yang dia dapatkan. Setelah itu kami melakukan diskusi ringan, biasanya Baba akan bertanya banyak hal yang saya usahakan untuk menjawab secara logis dengan bahasa yang mudah dia pahami.

Beri kesempatan dia untuk berbicara walaupun itu hal yang tidak nyata, itu adalah proses pelatihan kepercayaan dirinya juga lho.

11. Jadilah pendukung setia ketika anak merasa kesulitan. Bagi saya, dukungan keluarga adalah kekuatan yang sangat besar. Walau tanpa kata, pelukan sudah cukup menenangkan. Setuju?

Ketika Baba merasa kesulitan bahkan sampai ingin menangis, saya duduk di depannya dan tersenyum, “Bunda yakin kamu bisa menyelesaikan ini. Ayo Sayang.” Begitu kata semangat yang saya ucapkan untuknya.

Itulah kenapa orangtua harus memiliki manajemen emosi yang baik, tentu saja agar mampu memberi energi positif pada anak. Orang yang positif dapat membuat orang lain menjadi lebih positif. Energi dapat menular dengan cepat, baik positif maupun negatif. Sebaiknya pilihlah energi positif.

12. Beri contoh bagaimana menjadi seorang yang percaya diri. Semua praktek diatas akan lebih baik jika kita sebagai orangtua memberi teladan sebagai orang yang percaya diri.

Gimana caranya Bubu?

Contohnya nih ketika ada kegiatan rapat sekolah, RT atau arisan PKK, jadilah anggota yang aktif. Atau sering melakukan diskusi dengan suami. Akan lebih baik lagi jika kita mengajak anak untuk bertemu dengan orang hebat di wilayah kita. Misalnya bertemu dengan walikota, atau pengusaha yang paling dihormati di wilayah tersebut atau tokoh agama yang berpengaruh. Ajak anak melakukan hal-hal hebat dimana orangtua yang menjadi tokoh utama.

Dengan melakukan hal-hal demikian, figur otoritas kita akan naik di depan. Anak akan mengidolakan kita dan insya Allah akan mengikuti kepercayaan diri kita.

Siap pratek?
Tes dulu, ada yang sudah praktek materi part 1?
Share dibawah yaaa...

Dari Bubu Baba dan Kak Candra Adhi Wibowo
Untuk Keluarga Hebat Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

no sara
no bully
always keep smail